KETERAMPILAN
OBSERVASI
A.
Keterampilan
Observasi
Observasi ialah metode atau cara yang menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat
atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Pengamatan (observasi)
merupakan suatu cara pengumpulan data yang pengisiannya berdasarkan atas
pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku individu atau kelompok.
Suatu keterampilan observasi yg
menghasilkan komunikasi efektif dengan menggunakan kepekaan yg dimiliknya
melaui observasi terhadap klien baik secara verbal maupun non verbal
Bidan perlu
mengamati tingkah laku verbal dan non verbal untuk mengidentifikasi pesan pesan
yang tidak sinkron/tidak sejalan dan campur aduk. Seorang bidan yang tajam
pengamatannya akan mengetahui bahwa ada beberapa konflik atau ketidaksesuaian
antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara apa yang ducapkan dan
dikerjakan (Tyastuti, S. 2009)
1.
Tingkah laku/
Komunikasi non verbal
Komunikasi non
verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa
kata kata. Secara otomatis dalam kehidapan sehari hari komunikasi non verbal
selalu dipakai, sehingga ini lebih bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi
non verbal ini dianggap lebih jujur mengungkapkan apa yang mau diungkapkan
karena lebih bersifat spontan.
Meskipun
demikian komunikasi ini lebih sulit ditafsirkan karena kabur. Misalnya apabila
ada orang yang tersenyum pada kita tidak dapat dengan cepat mempersepsikan
senyum itu, bisa saja dia senang, kaget, sinis, atau bertanya tanya. Karena itu
mempelajari komunikasi non verbal lebih sulit dibanding mempelajari komunikasi
verbal.
Komunikasi non
verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Dengan kata lain komunikasi
verbal dan non verbal merupakan kegiatan yang saling melengkapi dan selalu
dilakukan secara bersamaan. Komunikasi non verbal dapat berbentuk bahasa tubuh,
tanda, tindakan/perbuatan atau objek.
a.
Bahasa
Tubuh
Bahasa tubuh ini
meliputi lambaian tangan, raut/ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, gerakan
kepala, sikap/postur tubuh dll.
1)
Ekspresi
Wajah
Wajah, terutama
mata merupakan sumber yang kaya dengan pemaknaan komunikasi. Ekspresi wajah merupakan cerminan suasana emosi
seseorang. Apakah ia sedang bahagia atau sedih, wajah memberikan sinyal yang
nyata bagi orang yang menatap dan mengerti kejiwaan dan psikologi. Wajah juga
dapat memberikan gambaran seseorang suka, tertarik atau sebaliknya, tidak suka
dan tidak tertarik pada apa yag dikomunikasikan.
2)
Kontak
Mata
Sebagaimana
wajah mata juga merupakan sinyal manusia secara ilmiah untuk berkomunikasi. Dengan
mengadakan kontak mata selama berinteraksi atau tanya jawab berarti orang
tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranyadengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan apa yang dibicarakan. Melalui kontak
mata dapat memberikan kesempatan pada oang lain untuk mengobservasi orang lain
selama berkomunikasi.
3)
Sentuhan
Sentuhan
merupakan bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan
dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang bersungguh
sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui
sentuhan tangan, sentuhan menimbulkan persaan dekat atau akrab, menimbulkan
juga perasaan bahwa yang disentuh
4)
Postur
Tubuh dan Gaya Berjalan
Cara seseorang
berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekpresi dirinya. Postur
tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat
kesehatannya. Orang yang sedang berjalan tergesa gesa memberikan informasi bagi
yang melihat bahwa ia sedang mengejar atau tidak ingin diganggu. Dalam
penyampaian hal yang penting, posisi duduk lebih baik dari pada posisi
berjalan. Posisi tubuh yang saling berhadapan lebih baik dibanding bersisihan
dalam berkomunikasi. Demikian juga saat mendengarkan,tubuh lebih condong kearah
lawan bicara lebih memberikan kesan bahwa pembicaraan lebih didengarkan dan
penting.
5)
Sound
(Suara)
Suara rintihan,
desahan saat menarik nafas panjang, tangisan salah satu ungkapan persaan dan
pikiran seseorang dapat juga dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua
bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi
pesan yang sangat jelas.
6)
Gerak
Isyarat
Gerak isyarat
dapat mempertegas pembicaraan dalam komunikasi. Menggunakan isyarat saat
berkomunikasi merupakan bagian total dari komunikasi, seperti mengetuk
ngetukkan kaki atau menggerakkan tangan selama pembicaraan menunjukkan
seseorang dalam keadaan stress, bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan
stress.
b.
Tanda
Tanda dalam
komunikasi non verbal menggantikan kata kata misalnya bendera, rambu rambu lalu
lintas, dsb. Misalnya bendera putih
untuk daerah tertentu dapat diartikan bahwa ada orang yang meninggal duia.
Rambu lalu lintas saat berwarna merah maka semua kendaraan akan berhenti secara
otomatis begitu pula sebaliknya ketika lampu berwarna hijau maka mereka kan
jalan kembali.
c.
Tindakan
atau perbuatan
Tindakan atau
perbuatan secara khusus tidak menggantikan kata kata tetapi mengandung makna,
misalya menggebrak meja, menutup pintu keras keras dll. Tidakan tersebut bisa
bermakna marah.
d.
Objek
Objek juga
secara khusus tidak mengganti kata tetapi mempunyai makna, misalnya pakaian,
aksesoris dandan, dll. Dari pakaina atau aksesori dandanan maka bisa kita
ketahui sosial ekonomi atau gaya orang tersebut.
e.
Warna
Kita sering
menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, keyakinan
agama, politik dll. Di indonesia warna merah muda adalah warna feminim (warna
romantis, jatuh cinta), warna biru adalah maskulin, warna hijau sering
diasosikan dengan islam dan muslim karena dipercaya sebagai warna surga, warna
putih sebagai warna suci, murni, bersih.
f.
Fungsi
komunikasi non verbal
Komunikasi non
verbal dapat berfungsi untuk
1)
Melengkapi
komunikasi verbal
Misalnya ada
anak anak kecil yang bertengkar maka, selain dengan kata kata kita melerai
biasanya diikuti dengan melotot.
2)
Menekan
komunikasi verbal
Misalkan dalam
suatu rapat ada orang yang tidak sependapat maka dia berkata saya akan out dari
ruangan sambil menutup pintu keras keras.
3)
Membesar
besarkan komunikasi non verbal
Misalkan
bercerita tentang gurila yang tubuhnya besar sambil melebar lebarkan tangannya
kesamping.
4)
Melawan
komunikasi verbal
Misalnya saat
orang mengatakan tidak malu tetapi pipi dan wajahnya memerah.
5)
Meniadakan
komunikasi non verbal
Misalnya kita
dipaksa untuk memberikan uang lalu kita katakan ini uangnya sambil memasukkan
uang itu ke saku
2.
Komunikasi
Verbal
Komunikasi verbal Adalah komunikasi yang
menggunakan kata- kata, entah lisan maupun tertulis. Melalui kata- kata,
perasaan, emosi, pemikiran, gagasan bisa diungkapkan. Dalam komunikasi verbal
ini bahasa memegang peranan penting.
Bahasa
verbal merupakan sarana utama untuk menyatakan perasaan, pikiran dan maksud
kita. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana perasaan, pikiran
dan maksud kita. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana bahasa
bisa muncul dimuka bumi ini. Menurut Lary L. Barker bahasa memiliki 3 fungsi
yaitu penamaan, interaksi dan transmisi informasi (Mulyana,2007 dalam
Tyastuti,2009).
a. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek,
tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi.
b. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
c. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang
disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi
transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa
kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Komunikasi
verbal menyangkut beberapa aspek, yakni : vocabulary (perbendaharaan kata
kata), racing (Kecepatan), intonasi suara, humor dan singkat.
a.
Vocabulary (perbendaharaan kata kata )
Komunikasi tidak akan efektif bila pesan
disampaikan dengan kata kata yang tidak dimengerti. Olah kata menjadi penting
dalam berkomunikasi verbal ini. Pergaulan, wawasan dan membaca sangat membantu
seseorang dalam memperbanyak vocabulary tersebut.
b.
Racing (kecepatan)
Komunikasi
akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik.
Kecepatan dalam berkomunikasi yang baik adalah tidak terlalu cepat dan juga
tidak terlalu lambat, kesempurnaan organ bicara terutama mulut dan gigi-geligi
merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi kecepatan seseorang dalam
berbicara.
c.
Intonasi
Suara
Intonasi
atau penekanan suara pada saat berkomunikasi akan mempengaruhi arti pesan
secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan
intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proporsional merupakan
hamatan dalam berkomunikasi. Ras, susku dan tempat kelahiran atau domisili
seseorang akan berpengaruh terhadap intonasi suara saat seseorang tersebut
berkomunikasi.
d.
Humor
Komunikasi
yang datar dan kurang berdaya humor menimbulkan kesan kaku pada seseorang saat
berkomunikasi, komunikasi yang diselingi humor dapat meningkatkan kehidupan
yang bahagia. Para ahli memberikan catatan bahwa komunikasi dapat merupakan
terapi karena dapat menimbulkan tawa bagi pendengarnya. Dengan tertawa dapat
membantu menghilangkan stress dan nyeri.
e.
Singkat dan
Jelas
Komunikasi
akan efektif bila disampaikna secara singkat dan jelas. Sebaliknya pembicaraan
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
Pembicaraan yag bertele tele dan tak langsung ke pook permasalahan sering
menimbulkan perasaan jeuh dan kadang tidak menarik.
f.
Timing
(waktu yang tepat)
Waktu
dan kondisi atau hal yang kritis perlu diperhatikan karen berkomunikasi akan
berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi. Meminta kesediaan atau
waktu yang khusus dapat menimbulkan kenyamanan dalam berkomunikasi dibandingkan
dengan melakukan komunikasi di tengah kesibukan seperti pagi hari dan saat
waktunya istirahat atau tidur.
3. Kesenjangan Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal
Kesenjangan
tingkah laku verbal dan non verbal dapat dilihat dari:
a.
Kesesuaian
antara tingkah verbal dan non verbal.
b.
Kesesuaian
antara duah buah pertanyaan
c.
Kesesuaian
antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan
B. Pengamatan dan Penafsiran atau Interpretasi
Pengamatan objektif adalah berbagai
tingkah laku yang bisa kita lihat dan kita dengar. Penafsiran atau interpretasi
adalah kesan terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar. Interpretasi dapat
diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti kepada
konseli.
Seorang bidan yang tajam
pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa ketidak sesuaian antara
tingkah laku verbal dan non-verbal antara dua buah pertanyaan, antara apa yang
diucapkan dan apa yang dikerjakan. Meski tingkah laku verbal dan non-verbal
bisa berdiri sendiri tapi pada kenyataannya verbal dan non-vebal tidak
terpisahkan, saling menguatkan arti yang sebenarnya dari suatu tingkah laku.
Dalam mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan :
1. Pengamatan obyektif adalah berbagai tingkah laku yang
kita “lihat” dan “dengar”. Misalkan : jalan mondar-mandir tangan dikepal, dsb.
2. Interprestasi/penafsiran
adalah kesan yang kita berikan terhadap apa yang kita lihat (amati) dan kita
dengar. Misalkan : kesal karena terlalu lama menunggu.
Konselor membantu klien klien dengan memberitahu
dugaan tentang hubungan atau makna tingkah laku untuk dipertimbangkan oleh
klien. Dengan demikian klien punya kebebasan untuk menyelesaikan masalahnya.
Data yang diinterpretasikan masalahnya. Data yang di interpretasikan klien
dalam konseling digolongkan menjadi dua kategori yang masing masing mempunyai
interpretasi yang berbeda. Kategori pertama adalah data yang dijabarkan dari
data objektif sedangkan kategori yang kedua adalah data dari hasil selama
proses konseling.
Tahap-tahap interpretasi meliputi :
1. Refleksi Perasaan, yaitu konselor tidak pergi
jauh dari apa yang dikatakan klien, dengan refleksi perasaan apa yang ada
dihati klien didengar oleh konselor.
2.
Klarifikasi
yaitu menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien.
3.
Refleksi
yaitu penilaian konselor terhadap apa yang diungkapkan klien
4. Konfrontasi
yaitu konselor membawa kepada perhatian cita cita dan perasaan klien yang
tersirat tetapi tidak disadari.
5.
Interpretasi
yaitu konselor memperkenalkan konsep konsep, hubungan dan pertalian baru yang
berakar dalam pengalaman klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar