Rabu, 28 Oktober 2015

KETERAMPILAN OBSERVASI ( KOMUNIKASI DAN KONSELING DALAM PRAKTIK KEBIDANAN)



KETERAMPILAN OBSERVASI

A.      Keterampilan Observasi
Observasi ialah metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Pengamatan (observasi) merupakan suatu cara pengumpulan data yang pengisiannya berdasarkan atas pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku individu atau kelompok.
Suatu keterampilan observasi yg menghasilkan komunikasi efektif  dengan menggunakan kepekaan yg dimiliknya melaui observasi terhadap klien baik secara verbal maupun non verbal
Bidan perlu mengamati tingkah laku verbal dan non verbal untuk mengidentifikasi pesan pesan yang tidak sinkron/tidak sejalan dan campur aduk. Seorang bidan yang tajam pengamatannya akan mengetahui bahwa ada beberapa konflik atau ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara apa yang ducapkan dan dikerjakan (Tyastuti, S. 2009)
1.                    Tingkah laku/ Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata kata. Secara otomatis dalam kehidapan sehari hari komunikasi non verbal selalu dipakai, sehingga ini lebih bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non verbal ini dianggap lebih jujur mengungkapkan apa yang mau diungkapkan karena lebih bersifat spontan.
Meskipun demikian komunikasi ini lebih sulit ditafsirkan karena kabur. Misalnya apabila ada orang yang tersenyum pada kita tidak dapat dengan cepat mempersepsikan senyum itu, bisa saja dia senang, kaget, sinis, atau bertanya tanya. Karena itu mempelajari komunikasi non verbal lebih sulit dibanding mempelajari komunikasi verbal.
Komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Dengan kata lain komunikasi verbal dan non verbal merupakan kegiatan yang saling melengkapi dan selalu dilakukan secara bersamaan. Komunikasi non verbal dapat berbentuk bahasa tubuh, tanda, tindakan/perbuatan atau objek.
a.                Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh ini meliputi lambaian tangan, raut/ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, gerakan kepala, sikap/postur tubuh dll.
1)      Ekspresi Wajah
Wajah, terutama mata merupakan sumber yang kaya dengan pemaknaan komunikasi. Ekspresi  wajah merupakan cerminan suasana emosi seseorang. Apakah ia sedang bahagia atau sedih, wajah memberikan sinyal yang nyata bagi orang yang menatap dan mengerti kejiwaan dan psikologi. Wajah juga dapat memberikan gambaran seseorang suka, tertarik atau sebaliknya, tidak suka dan tidak tertarik pada apa yag dikomunikasikan.
2)      Kontak Mata
Sebagaimana wajah mata juga merupakan sinyal manusia secara ilmiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinteraksi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranyadengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan apa yang dibicarakan. Melalui kontak mata dapat memberikan kesempatan pada oang lain untuk mengobservasi orang lain selama berkomunikasi.
3)      Sentuhan
Sentuhan merupakan bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang bersungguh sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan tangan, sentuhan menimbulkan persaan dekat atau akrab, menimbulkan juga perasaan bahwa yang disentuh
4)      Postur Tubuh dan Gaya Berjalan
Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekpresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya. Orang yang sedang berjalan tergesa gesa memberikan informasi bagi yang melihat bahwa ia sedang mengejar atau tidak ingin diganggu. Dalam penyampaian hal yang penting, posisi duduk lebih baik dari pada posisi berjalan. Posisi tubuh yang saling berhadapan lebih baik dibanding bersisihan dalam berkomunikasi. Demikian juga saat mendengarkan,tubuh lebih condong kearah lawan bicara lebih memberikan kesan bahwa pembicaraan lebih didengarkan dan penting.
5)      Sound (Suara)
Suara rintihan, desahan saat menarik nafas panjang, tangisan salah satu ungkapan persaan dan pikiran seseorang dapat juga dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
6)      Gerak Isyarat
Gerak isyarat dapat mempertegas pembicaraan dalam komunikasi. Menggunakan isyarat saat berkomunikasi merupakan bagian total dari komunikasi, seperti mengetuk ngetukkan kaki atau menggerakkan tangan selama pembicaraan menunjukkan seseorang dalam keadaan stress, bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

b.                Tanda
Tanda dalam komunikasi non verbal menggantikan kata kata misalnya bendera, rambu rambu lalu lintas, dsb. Misalnya bendera  putih untuk daerah tertentu dapat diartikan bahwa ada orang yang meninggal duia. Rambu lalu lintas saat berwarna merah maka semua kendaraan akan berhenti secara otomatis begitu pula sebaliknya ketika lampu berwarna hijau maka mereka kan jalan kembali.
c.                Tindakan atau perbuatan
Tindakan atau perbuatan secara khusus tidak menggantikan kata kata tetapi mengandung makna, misalya menggebrak meja, menutup pintu keras keras dll. Tidakan tersebut bisa bermakna marah.
d.               Objek
Objek juga secara khusus tidak mengganti kata tetapi mempunyai makna, misalnya pakaian, aksesoris dandan, dll. Dari pakaina atau aksesori dandanan maka bisa kita ketahui sosial ekonomi atau gaya orang tersebut.
e.                Warna
Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, keyakinan agama, politik dll. Di indonesia warna merah muda adalah warna feminim (warna romantis, jatuh cinta), warna biru adalah maskulin, warna hijau sering diasosikan dengan islam dan muslim karena dipercaya sebagai warna surga, warna putih sebagai warna suci, murni, bersih.

f.                 Fungsi komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal dapat berfungsi untuk
1)      Melengkapi komunikasi verbal
Misalnya ada anak anak kecil yang bertengkar maka, selain dengan kata kata kita melerai biasanya diikuti dengan melotot.

2)      Menekan komunikasi verbal
Misalkan dalam suatu rapat ada orang yang tidak sependapat maka dia berkata saya akan out dari ruangan sambil menutup pintu keras keras.
3)      Membesar besarkan komunikasi non verbal
Misalkan bercerita tentang gurila yang tubuhnya besar sambil melebar lebarkan tangannya kesamping.
4)      Melawan komunikasi verbal
Misalnya saat orang mengatakan tidak malu tetapi pipi dan wajahnya memerah.
5)      Meniadakan komunikasi non verbal
Misalnya kita dipaksa untuk memberikan uang lalu kita katakan ini uangnya sambil memasukkan uang itu ke saku
2.        Komunikasi Verbal
    Komunikasi verbal Adalah komunikasi yang menggunakan kata- kata, entah lisan maupun tertulis. Melalui kata- kata, perasaan, emosi, pemikiran, gagasan bisa diungkapkan. Dalam komunikasi verbal ini bahasa memegang peranan penting.
Bahasa verbal merupakan sarana utama untuk menyatakan perasaan, pikiran dan maksud kita. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana perasaan, pikiran dan maksud kita. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana bahasa bisa muncul dimuka bumi ini. Menurut Lary L. Barker bahasa memiliki 3 fungsi yaitu penamaan, interaksi dan transmisi informasi (Mulyana,2007 dalam Tyastuti,2009).
a.       Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
b.      Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
c.       Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Komunikasi verbal menyangkut beberapa aspek, yakni : vocabulary (perbendaharaan kata kata), racing (Kecepatan), intonasi suara, humor dan singkat.
a.                 Vocabulary (perbendaharaan kata kata )
      Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata kata yang tidak dimengerti. Olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi verbal ini. Pergaulan, wawasan dan membaca sangat membantu seseorang dalam memperbanyak vocabulary tersebut. 
b.                Racing (kecepatan)
         Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik. Kecepatan dalam berkomunikasi yang baik adalah tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat, kesempurnaan organ bicara terutama mulut dan gigi-geligi merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi kecepatan seseorang dalam berbicara.
c.                 Intonasi Suara
         Intonasi atau penekanan suara pada saat berkomunikasi akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proporsional merupakan hamatan dalam berkomunikasi. Ras, susku dan tempat kelahiran atau domisili seseorang akan berpengaruh terhadap intonasi suara saat seseorang tersebut berkomunikasi.
d.                Humor
         Komunikasi yang datar dan kurang berdaya humor menimbulkan kesan kaku pada seseorang saat berkomunikasi, komunikasi yang diselingi humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Para ahli memberikan catatan bahwa komunikasi dapat merupakan terapi karena dapat menimbulkan tawa bagi pendengarnya. Dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri.
e.                 Singkat dan Jelas
         Komunikasi akan efektif bila disampaikna secara singkat dan jelas. Sebaliknya pembicaraan langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti. Pembicaraan yag bertele tele dan tak langsung ke pook permasalahan sering menimbulkan perasaan jeuh dan kadang tidak menarik.
f.           Timing (waktu yang tepat)
                    Waktu dan kondisi atau hal yang kritis perlu diperhatikan karen berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi. Meminta kesediaan atau waktu yang khusus dapat menimbulkan kenyamanan dalam berkomunikasi dibandingkan dengan melakukan komunikasi di tengah kesibukan seperti pagi hari dan saat waktunya istirahat atau tidur.
3.      Kesenjangan Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal
      Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal dapat dilihat dari:
a.           Kesesuaian antara tingkah verbal dan non verbal.
b.          Kesesuaian antara duah buah pertanyaan
c.          Kesesuaian antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan

B.       Pengamatan dan Penafsiran atau Interpretasi  
       Pengamatan objektif adalah berbagai tingkah laku yang bisa kita lihat dan kita dengar. Penafsiran atau interpretasi adalah kesan terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar. Interpretasi dapat diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti kepada konseli.
                   Seorang bidan yang tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa ketidak sesuaian antara tingkah laku verbal dan non-verbal antara dua buah pertanyaan, antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan. Meski tingkah laku verbal dan non-verbal bisa berdiri sendiri tapi pada kenyataannya verbal dan non-vebal tidak terpisahkan, saling menguatkan arti yang sebenarnya dari suatu tingkah laku. Dalam mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan :
1. Pengamatan obyektif adalah berbagai tingkah laku yang kita “lihat” dan “dengar”. Misalkan : jalan mondar-mandir tangan dikepal, dsb.
2.    Interprestasi/penafsiran adalah kesan yang kita berikan terhadap apa yang kita lihat (amati) dan kita dengar. Misalkan : kesal karena terlalu lama menunggu.
            Konselor membantu klien klien dengan memberitahu dugaan tentang hubungan atau makna tingkah laku untuk dipertimbangkan oleh klien. Dengan demikian klien punya kebebasan untuk menyelesaikan masalahnya. Data yang diinterpretasikan masalahnya. Data yang di interpretasikan klien dalam konseling digolongkan menjadi dua kategori yang masing masing mempunyai interpretasi yang berbeda. Kategori pertama adalah data yang dijabarkan dari data objektif sedangkan kategori yang kedua adalah data dari hasil selama proses konseling.
Tahap-tahap interpretasi meliputi :
1.     Refleksi Perasaan, yaitu konselor tidak pergi jauh dari apa yang dikatakan klien, dengan refleksi perasaan apa yang ada dihati klien didengar oleh konselor.
2.        Klarifikasi yaitu menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien.
3.        Refleksi yaitu penilaian konselor terhadap apa yang diungkapkan klien
4.     Konfrontasi yaitu konselor membawa kepada perhatian cita cita dan perasaan klien yang tersirat tetapi tidak disadari.
5.        Interpretasi yaitu konselor memperkenalkan konsep konsep, hubungan dan pertalian baru yang berakar dalam pengalaman klien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar